Selasa, 15 November 2011

Kamar Mandi Baru

Senengnya... Akhirnya di sekolah tempatku mengajar telah dibangun kamar mandi yang lengkap. Baru, kinclong juga bersih. Yang paling melegakan, tidak perlu wira-wiri ke sana ke mari untuk buang air besar.
Para siswa juga tidak perlu jauh-jauh untuk buang air besar. Dulunya mereka selalu BAB di sungai dekat sekolah yang letaknya lumayan jauh. Sehingga menghabiskan waktu belajar mereka. Sebenarnya ini sih tidak masalah bagi mereka. Hal yang paling menyenangkan di sekolah adalah ketika berada di luar kelas. Hehehe... Aku tidak mau munafik, soalnya dulu pas sekolah juga merasa seperti itu.

Ini dia penampakan kamar mandi barunya.

Namun ternyata ada juga yang tidak terbantu dengan adanya kamar mandi ini. Kok bisa?
Kejadiannya waktu bel istirahat berbunyi. Siswaku yang kecil dan gundul tiba-tiba mendekatiku.
"Bu guru, saya mau ijin ke sungai..."
Tentu saja aku langsung melarang, kan sudah ada fasilitasnya di sekolah. Masih baru lagi.
"Lho kenapa?"
"Mau buang air besar bu..."
"Kok tidak di kamar mandi saja?"
"Anu bu ... Eng ... " sepertinya kalimatnya agak susah untuk keluar tapi aku tetap menunggu
"kenapa? kan di sekolah sudah ada WC"
"Anu bu... Tidak bisa keluar kalau buang air seperti itu"
"kok bisa?" aku tersenyum geli.
"tidak tahu bu... keluarnya hanya sedikit. Jadi tetap ingin buang air besar terus"
Hehehe... daripada terlambat segera kuiyakan saja dia ke sungai.

Ternyata tidak semua orang bisa seenaknya berganti fasilitas. Walau itu hanya untuk buang air besar. Juga butuh adaptasi. :)

Kamis, 03 November 2011

Stesss

Tekanan otak mungkin yah?...
Setiap orang mungkin pernah mengalami stress. Banyak pikiran itu istilah simpelku. Memikirkan suatu hal dengan begitu beratnya. Seperti sekarang...
Hanya untuk memilih resep mana yang harus kupercaya membuat kepalaku terasa ringan terhuyung-huyung. Bagaimanapun paranoidku terhadap obat memicu kebingungan ini. 
Menurutku... obat adalah bahan kimia yang menyembuhkan bersyarat. Efek samping obat seringkali membuatku berpikir banyak kali untuk mengkonsumsinya. Meskipun itu untuk kesehatan.

Aku mulai akrab dengan obat mulai 2 minggu yang lalu. Setelah kuputuskan untuk operasi kanker payudara. Setidaknya aku bersyukur. Obat yang harus kukonsumsi hanyalah 2 macam, tiga kali sehari. Tapi ketidaksukaanku pada obat membuatku tidak bersyukur. Dengan berpikiran yang tidak-tidak. Pikiran burukku pun memicu timbulnya efek samping obat yaitu seringkali merasa pusing. Tapi hal ini tidak kuperdulikan walau seringkali kukeluhkan. Aku lanjutkan saja untuk mengkonsumsinya.

1 minggu pasca operasi. Jahitanku dilepas.
Aku lega. Setidaknya kunjungan ke dokter paling tidak sudah usai dan yang paling menggembirakan obatku hanya tinggal satu jenis. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sepulangnya dari dokter, luka bedahnya ternyata bedah lagi, walhasil muncullah luka baru yang lebar. Aku yang tidak pernah melihat luka selebar itu seketika panik. Wajar kan? Soalnya aku bukan orang yang biasa melihat hal-hal tidak lazim dan cenderung mengerikan itu.

Seketika itu juga otakku terasa tambah terhuyung-huyung. Merasa tertekan dan muncullah kata itu... stress.
Biasanya aku menetralisirnya dengan segera dengan berpikir positif entah itu dipandang dari sudut yang mana. Hanya saja sekarang aku masih belum mampu. Luka itu menyisakan kebingungan yang memenuhi otakku. Tidak menyisakan ruang untuk berpikir positif. Lelah... bingung seperti ini lelah.

Aku hanya bisa berpikir kalau ini hanyalah sebuah proses yang diberikan Allah untukku. Entah proses untuk belajar apa. Kesabaran? Kepatuhan? atau ini hukuman?
Tapi intinya... aku belum menemukan obat untuk menentramkan hatiku.

Hope I Find it as soon as possible... (Amiin)


Jumat, 28 Oktober 2011

Jalan Minggu

Jalan minggu selalu menjadi ruitinitas keluargaku untuk mengisi minggu pagi. Jadi jalan minggu bukannya nama sebuah jalan tapi itu sebutanku untuk kegiatan jalan-jalan keluarga kecilku untuk mengawali hari minggu. Masih dua kali minggu kami jalan. Semenjak si kecil punya sepeda baru. Hari-hari sibuk lainnya tidak memberi kesempatan si kecil untuk puas duduk bersepeda. Hanya di hari minggu dia bisa berlama-lama berkeliling dengan kami juga sepeda barunya.
Rutenya pun tidak kemana-mana. Tidak terlalu bertele-tele jauhnya. Hanya dari rumah ke perempatan jalan depan, singgah di toko koran mertuaku (mbah kakung si kecil biasa kami panggil buya), kemudian berputar lewat pasar depan. Berbelanja untuk lauk minggu kemudian pulang. Sampai rumah, si kecil pun sudah mengantuk dan siap tidur. Aku menjaga si kecil dan suamiku berkutat di belakang untuk menu sarapan pagi.
Sayangnya minggu ini tidak bisa berjudul jalan minggu. Si kecil sedang mengungsi ke rumah neneknya di Klakah untuk waktu yang cukup lama. Tidak rela dan cenderung terpaksa hal itu dilakukan karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk menjaga si kecil seperti hari-hari biasanya. Operasi payudara yang berlangsung beberapa hari yang lalu mengharuskan aku terpisah darinya. Dampaknya... minggu besok tidak ada jalan minggu. Membuatku rindu.
Kenangan-kenangan jalan minggu pertama : si kecil dapat sepeda baru.
Dari rumah, dia digendong. Si kecilku memang belum bisa berjalan. Masih merangkak. Jadi dia jalan minggu sambil digendong abinya. Aku bertugas menggodanya sehingga dia tertawa cekikikan, membuat kami berdua gregetan. Sesampainya di toko, buya dengan senangnya me"natah" si kecil ke toko sebelah yang notabene berjualan beraneka tipe sepeda. Dari yang kecil sampai besar bahkan yang dilipat-lipat. Aku tidak terlalu menghiraukan tingkah mereka. Aku lebih terfokus pada koran baru pagi ini. Perhatianku mulai ke si kecil saat si penjual sepeda dengan setengah memaksa menaikkan si kecil ke sepeda roda tiga jualannya. Awalnya si kecilku berontak, tapi beberapa detik kemudian dia malah dengan pedenya tidak mau beranjak dari sepeda roda tiga itu.
Naluri "iba ibu" seketika muncul. Secara sadar dan tidak mau ambil pusing uang apa dan darimana, sepeda harus dibeli. Suamiku pun tidak sanggup menolak... si kecil pulang tidak digendong tapi dengan duduk manis di sepeda barunya...
Jalan minggu kedua: Si kecil dengan "Sutil" barunya :)
Seperti biasa, setelah menyambangi buya. Rute selanjutnya adalah pasar Klojen, pasar kecil di depan gang. Kebetulan minggu ini ada penjual barang murah meriah. 10.000 dapat 4. Macam barangnya beraneka. Mulai dari bak, alat-alat dapur, cetakan puding, tempat sampah dll. Melihat barang tertata dan begitu banyaknya, si kecil yang sudah "demen" mengobrak-abrik segera minta turun dan memilih sendiri barang yang ingin dibelinya. Entah karena letaknya yang terdekat atau memang suka dengan barang itu, si kecil langsung mencomot alat penggorengan. Aku pun tertawa geli. Anak laki-laki kok ambilnya "sutil". But, its ok. Toh, di rumah juga benda itu hanya 1 biji.( :) ibu rumah tangganya memang tidak hobi masak....)
Untuk tiga benda yang lainnya kami beli bak, tempat sampah dan cetakan puding. Kualitas memang tidak pakai jempol tapi bisa lah digunakan. Si kecilku pun membawa barang belanjaannya sampai di rumah dengan erat. Sempat ingin kuambil dan kubawakan karena sepertinya dia kesulitan membawa. Bukannya diberikan dengan ikhlas, malah ditariknya dengan kuat sambil menjerit. Aku dan suamiku hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyam-senyum.
Antara heran juga bangga dong.... Tak perduli apa tingkahnya... :)

Selasa, 22 Maret 2011

Cerita Ayah

Ada yang lucu dengan ayahku. Beliau bukan orang yang istimewa bagi orang lain tapi bagiku ada momen-momen istimewa yang muncul karena kelakar beliau.

Diantaranya, ketika ayah tidak mau mandi. Alasan yang muncul tidak biasa. Beliau mengelak dengan alasan kalau orang yang tidak mandi akan selamat dari "santet". Hal ini karena orang yang tidak mandi sama dengan hewan. Dan tidak mungkin ada orang yang mau repot-repot menyantet hewan. Jadi, kalau ada yang nyantet, santetnya otomatis tidak akan mengenali dan hilang entah kemana.

Juga ketika ibu yang terlalu jengkel dengan ayah dan akhirnya berkata yang kurang sopan "Bathukmu atos" (dahimu keras). Ayah pun tidak marah-marah. Setelah kutanya apa alasan ayah marah dengan kelakuan ibu. Beliau pun berkata "Kenapa harus marah? Ibuk bilang hal yang benar kok... Dahi ayah memang keras" Aku pun tersenyum... "Jadi kalau ibuk bilang bathukmu gembuk (dahimu empuk)... baru ayah marah?" "Ya iyalah...." sahutnya.

Juga ada nyanyian-nyanyian celetukan bapak yang tercipta saat bapak menanak nasi di tumang..
Yang pertaman
Isuk isuk gakkeroso moro awan
Nek wes awan moro bengi
Kowe mbesuk dadi perawan
Nek wes perawan sopo sing metengi

Yang kedua
Ulo-ulo kowe tak kandani lo
Ojokmbulet ae
nek tak kongkon ndang budhalo

Selanjutnya saya tambahi kalau bapak berkelakar lagi....

Jumat, 04 Maret 2011

Aku Pilih yang Biasa

Aku Pilih yang Biasa. Jangan terlalu tinggi juga jangan terlalu rendah.

Aku Pilih yang Biasa. Tidak perlu terlalu kaya juga jangan sampai terlalu miskin

Aku Pilih yang Biasa. Tidak terlalu cantik juga tidak terlalu buruk rupa

Aku Pilih yang Biasa. Bukan yang megah pun bukan yang kumuh

Aku Pilih yang Biasa. Jangan menjadi terpintar juga bukan yang terbodoh

Aku Pilih yang Biasa. Hatiku mengatakan Allah mempunyai neraca yang adil. Bila ada keberuntungan yang berlebih, maka pasti akan diseimbangkan dengan adanya kemalangan berlebih juga. Bila diberi kesusahan yang berlebih, maka bersabarlah untuk menunggu kebahagiaan terindah yang kan menjemput.

Aku Pilih yang Biasa supaya aku tidak terperangkap dalam rasa bangga atas keberuntungan yang tidak tahu kapan kan berganti kemalangan.

Aku Pilih yang Biasa supaya aku tidak menjadi tukang keluh dan kurang bersyukur bila dicoba dengan kesusahan walaupun pasti kan diganti dengan kebahagiaan.

Aku Pilih yang Biasa karena dengan keterbatasanku sebagai manusia lebih dapat menerima dengan hal yang biasa. Tidak terlalu berkilau juga tidak terlalu suram...

Kamis, 24 Februari 2011

tUliSAnKu pu-KuPU

Ketika otak sulit diajak berkompromi, bisa menulis beberapa kalimat saja menjadi prestasi membanggakan. Seperti saat ini. Ada banyak yang ingin kutulis... Hanya saja tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana. Think possitive... mungkin ini masih saatnya untuk menjadi pupa. Bila sudah waktunya, akan menjadi kupu-kupu indah.

Ditandai dengan ada tulisan yang lebih mendalam dan bermakna di blog ini...
Penuh corak
Penuh warna
Terbang dengan menebarkan berjuta makna

Rabu, 23 Februari 2011

Berputar pada Porosnya

Berputar-putar...
Setiap harinya hanya seperti itu. Mengajar, pulang, istirahat, Arya, tidur dan pagi lagi, kemudian mengulang kegiatan yang sama.
Malam yang datang setiap harinya hanya kusambut dengan pertanyaan yang sama. Beginikah hidupku? Setiap harinya hanya berlalu dengan kegiatan dunia saja? yang hilang begitu saja.
Jika lapar kita makan, selesailah... tunggu lapar lagi.
Jika capek kita istirahat, selesailah... bekerja lagi
Jika ngantuk kita tidur, setelah bangun... tunggu ngantuk lagi.
Semuanya hanya berlalu ketika... setelah dibayar lunas, habislah. Tidak bisa menjadi tabungan. Hanya kegiatan sesaat.

Seringkali malam membuatku sadar... Hidup ternyata sangatlah singkat. Pagi berganti malam begitu cepatnya. Hanya saja tidak banyak orang yang pandai memanfaatkannya. Begitu juga aku... Terlalu sibuk dengan dunia dan melupakan tujuan utama, ibadah.

Selasa, 22 Februari 2011

Hidup Harapan

Hidup harapan. Tujuan adanya harapan adalah untuk menghidupkan hidup. Layaknya mobil yang butuh bahan bakar. Bila tak mempunyai harapan mungkin hidup tak akan bisa berlangsung.

Harapan terkadang hanya berteman dengan kebaikan atau keberuntungan. Jarang ada orang yang berharap akan celaka, kecuali orang yang putus asa. Hidup tanpa harapan.

Namun, sayangnya harapan tidak selamanya bisa tergapai. Banyak faktor yang menyebabkannya. Kurang usaha atau kurang do'a. Terkadang malah yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang diharapkan. Bila sudah begitu, janganlah lekas berpikir Allah tidak sayang. Mungkin apa yang terjadi adalah apa yang dibutuhkan bukan yang diharapkan.

Bersyukurlah bila harapan menjadi kenyataan. Namun, jangan terfatamorgana dan gembira berlebihan. Bila itu hadiah atas amal kita, patutlah berbangga. Tapi, bisa saja justru itu merupakan cobaan. Seberapa kuat kita mengekang kesombongan akan keberhasilan yang tergapai. Juga selalu ingat kalau apa yang kita dapatkan hanyalah karena kekuatanNya semata.

Jagalah hati... begitu kata Aa' Gym.  
 لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذََرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan meskipun hanya sebiji sawi (HR.Muslim).

Saat kita terpuruk bukan berarti kita terburuk
Saat kita berhasil bukan berarti kita terbaik

Semoga aku bukan termasuk orang yang sombong... Amiiin.

Senin, 21 Februari 2011

Dag Dig Dug Ceeessss....

21 Februari ini sudah kutunggu-tunggu. Kata teman seangkatan kuliahku hari ini nilai ujian semester kemarin keluar. Mulai kemarin aku sudah berdebar-debar. Semoga saja aku tidak her... itu doa yang terucap berkali-kali. Selain untuk menghemat tenaga juga untuk menghemat biaya. Maklum, pengeluaran seseorang yang bekeluarga tidak sedikit. Kalau bisa berhemat ya diusahakan hemat.

Tadi pagi aku membuka website UT, dengan harapan walau jam 6 pagi nilai yang dijanjikan bisa kulihat. Ternyata nilai belum keluar. Aku pun berpikir positif... mungkin nanti siang

Pulang mengajar aku langsung menyambangi UT lagi. Kumasukkan NIM dan TTL ku dengan hati berdebar. Semoga lulus semua... semoga tidak her...  selagi aku mengetik.

Dag dig dug di dadaku semakin keras. Apalagi saat kutekan tombol enter dan tinggal menunggu beberapa detik lagi untuk melihat nilaiku. Kutunggu... tik tik tik. Ada tulisan merah di bawah Proses membutuhkan waktu kurang dari 5 menit. Kemudian muncul dataku. Hanya data. Lembar nilaiku kosong dan bertuliskan Data tidak ada! Seketika debaranku mengempis, seperti ban bocor. Cessss.... Berganti dengan banyak tanya. Mengapa? Bagaimana? Apa aku tidak lulus semua? Apa aku harus her semua? Apa ada dataku yang kurang saat aku ujian? 

Akhirnya aku hanya bisa menghela nafas dan berpikir positif. Mungkin memang belum keluar. Mungkin besok baru bisa kulihat. Bila besok tak juga keluar dan aku divonis harus mengulang semua... Mungkin sudah waktunya mengulang. Mungkin ada hikmah lain dari kejadian ini. Mungkin dulu aku banyak melakukan kesalahan dan diganjar begini oleh Allah. Mungkin aku dulu terlalu sombong dengan semua keberhasilanku yang lain. Sehingga aku diperingatkan dengan kejadian ini. 


Seribu mungkin bisa menjadi alasan... tapi aku yakin yang terbaik yang akan terjadi.

Keep power untuk menjalani kemungkinan yang bisa mempertebal wawasan. Ujian dobel semester depan.

Minggu, 20 Februari 2011

Nano-nano Mesin Tik 1

Nano...
Nano...
Permen Nano-nano
Manis Asem Asin
Rame rasanya.
Masih ingatkan dengan lirik lagu iklan permen itu? Permen dengan banyak rasa dan berwarna-warni dengan warna dominan kuning dan oranye. Dijual per sachet isi 5 biji. Sekarang tidak penting permennya tapi yang penting rasanya yang rame. Rasa yang tidak hanya kujumpai pada permen itu tapi juga muncul saat aku bernostalgia mengetik dengan mesin tik. Banyak fantasi yang kurasakan, layaknya nano-nano. Ada manis, ada asem, ada asin... rame rasanya. Lengkapnya cekidot...

 1. Kuno. Setelah sekian lama berkutat dengan keyboard yang begitu lembut dan kalem membuat tuts mesin tik layaknya produk gagal. Begitu menyusahkan. Sebelas jari pun bermain di medan laga. Cetak cetuk. Bila telunjuk kiri masih terlalu kaku maka tidak ada yang akan tertawa bila menggunakan metode satu jari. Zaman telah membuat mesin tik berubah. Dulunya bak primadona kini hanyalah si tua renta. Zaman telah menghapus kegagahannya berganti dengan kekurangan. Membuatku mengeluh dan bertanya, mengapa mesin ini tidak dimusiumkan saja? Diberi gelar setara bambu runcing yang tinggal cerita tentang jasa-jasanya. Mungkin jadi tidak lebih merepotkan.

2. Full voice. Suara tak tik tuk bukan hanya milik sepatu kuda, mesin tik juga salah satu produsennya. Tanpa ada toleransi dengan volumenya. Toleransi pelan jika sedang ada yang tidur atau toleransi keras jika sedang mood dengan suara jedat-jedut, atau toleransi canggih bila ada tombol mutenya juga. Tinggal pencet dan mengetiklah dengan tenang.

Seandainya dulu mesin tik diciptakan dengan efek suara tangga nada. Seperti piano yang bisa menghasilkan melodi. Jadi ketika mengetik akan muncul melodi yang membuat pengetik tidak jenuh, juga mungkin sekarang jadi bisa menyaingi Windows Media Player. Tidak perlu menyediakan alat lain sebagai hiburan. Tinggal ketik dan do re mi fa so la si doooo.... Kalau Spongebob adalah si tukang ketiknya, mungkin mengetik dengan menghasilkan nada-nada indah akan menjadi kenyataan.

Produksi bunyi tidak hanya dari tuts mesin ketik saja, namun juga dari seluruh bagian tubuh mesin ketik. Bila digambarkan dengan tulisan mungkin menjadi seperti ini : suara kletek untuk ganti garis. Kletek-kletek akan muncul bila mengganti kertas. Suara favoritku adalah ketika batas tepi akhir habis, otomatis mesin ketik akan berbunyi cething! Bila harus kembali ke garis awal kira-kira begini reet. Jek dak sepertinya begitu kalau sudah harus berhenti menggeser kertas. Tok-tok-tok, tek-tek-tek atau brak-brak-brak suara yang akan muncul kalau si pengetik sudah mulai kehilangan kesabaran dan merasa sengsara untuk mengetik karena bila salah harus selalu mengulang dari awal. Akhirnya, melampiaskan amarahnya dengan melakukan kekerasan pada si mesin ketik. Kasihaaan...

3. Alat ukur kesabaran, konsentrasi dan kewaspadaan
Biasanya seseorang akan mengucapkan "Orang sabar ada batasnya" sebelum melampiaskan amarahnya. Padahal orang sabar itu tidak berbatas. Bila masih bisa marah berarti bukan orang sabar tapi kurang sabar. Jika langsung marah itu namanya orang tidak sabar. Jadi, mungkin kalau masih marah lebih baik ucapkan "Aku kurang sabar" lalu marah. Bila orang sabar pasti akan membiarkan dan menghapus amarahnya dengan cara lain. Bukan dengan memendam atau melampiaskan tapi dengan mengikhlaskannya. Nah, dari mengetik ini aku belajar untuk bersabar. Ketikan yang harus kuserahkan harus bersih dari kesalahan sehuruf pun. Tidak boleh ada coretan atau tip-x. Akhirnya, aku hanya gigit jari dan menggerutu ketika harus mengganti kertas ketikanku yang telah rampung dan kurang 3 kata dengan kertas yang baru dan mengetik lagi dari awal. Dan ini berulang-ulang terjadi. Sebenarnya sebelum mengganti kertas aku membetulkan ketikanku dengan menindas huruf yang salah berkali-kali dengan huruf yang betul. Ada kalanya cara ini berhasil dan membuatku sedikit bernafas lega. Namun, ketika cara ini tambah membuat ketikan tambah jelek, dengan menggerutu mulai mengetik lagi. Sabaaar...

Konsentrasi dengan penuh dan memperhatikan tuts dengan benar, agar kesalahan yang terjadi tidak terulang. Andaikan ada tombol undo, backspace atau delete tidak perlulah berkonsentrasi berlebihan. Mengetik dengan enjoy tanpa kekhawatiran dan itu hanya mimpi. Mesin tik mengharuskan si tukang ketik selalu konsentrasi dan waspada pada tiap hurufnya. Pikir, pilih dan tekan dengan benar huruf yang diperlukan. Tidak boleh grusa-grusu (terburu-buru). Sabaaar....

4. Melatih otot mata, leher, tangan dan kaki berolahraga
Jangan kira mata tidak bisa berolahraga. Mengetik memaksa mata harus selalu menatap dengan jeli. Kejelian mata diperlukan agar tidak terjadi salah ketik. Selain itu mata juga harus benar-benar optimal dalam melakukan tugasnya ketika akan mulai kata awal setiap barisnya. Harus lurus dengan awal kata pada baris sebelumnya sehingga ketikan yang dihasilkan tidak maju mundur seperti ingus yang mau keluar. Lagipula tidak ada aturan rata kiri di mesin tik, kalaupun mau, harus pintar matematika. Hitung huruf dan hitung tempat. Otot mata tidak dilatih dan dimanfaatkan dengan maksimal dapat diketahui dengan hasil ketikan yang bagian kanan tidak rata. Tentu saja jelek!

Otot leher akan terlatih secara otomatis mengikuti kegiatan mata. Olahraganya hanya maju mundur. Memastikan apa yang akan diketik benar atau lurus. Maju seiring dengan mata yang memicing untuk memastikan kelurusan baris dan mundur untuk kembali ke posisi semula dan mulai mengetik lagi. Kegiatan ini tidak perlu dikhawatirkan akan memiliki efek samping leher akan bertambah panjang. Jadi, lanjutkan mengetik dengan sabar.

Olahraga tangan jelas sekali terjadi ketika mengetik dengan mesin ketik. Perlu tekanan lebih untuk menghasilkan huruf di kertas dengan tuts mesin ketik. Bila tidak dengan keras maka jangan harap akan muncul huruf yang diingikan. Efek sampingnya hanyalah penat di bagian bahu dan keriting di bagian telunjuk. Maklum yang digunakan mengetik hanya telunjuk saja, jari yang lain hanya kantil (). Siapa tahu bila telaten mengetik manual bisa membuat telunjuk menjadi kuat. Mampu mengangkat buku atau mesin ketik hanya dengan telunjuk saja. Untuk sementara ini, hasil latihan mengetik telunjukku hanya bisa mengangkat penghapus atau pensil yang sebenarnya mulai dari dulu sih memang bisa...

Melatih otot kaki dengan mesin ketik? Memang bisa? Tentu saja bisa. Ketika aku harus meletakkan mesin ketik di tempat yang benar, aku harus mengeluarkan ekstra tenaga karena mesin ketik itu tidak seringan CPU atau laptop. Membawanya kesana kemari berulang-ulang mungkin setara dengan melakukan sit up 10 kali, sprint keliling kamar dan injak-injak punggung bapak. Kalau ternyata dengan membawa mesin ketik wira-wiri masih terasa kurang khasiatnya, bisa dilakukan dengan cara lain yaitu cari tempat duduk yang nyaman, rapatkan betis, letakkan mesin ketik di atas betis kemudian mulai mengayun kaki dan menyanyi
yun bandulan to (yun ayunan ya)
tibo ndak loro to (jatuh tidak sakit ya)
benjut sak kelopoooo...(benjol sebesar kelapaaa...)

(to be continued)

Jumat, 18 Februari 2011

20102010 amanahku

20102120 berasal darinya. Tepat jam 10 malam tangis awalnya memecah malam yang tak hening. Malam yang telah disambut dengan rasa sakit dan keluhan dariku, juga jeritan, ceracau atau apapun yang kuanggap mampu mengurangi rasa sakit yang meremas-remas perut. Pada awalnya hanya temporer, antara sakit dan tidak bergantian. Hingga adzan ashar terdengar rasa sakit menjadi-jadi dan tidak lagi ada waktu untuk menghela nafas. Waktu berjalan beriringan dengan sakit yang membuatku berguling-guling. Ke kiri, ke kanan kemudian telentang tapi tidak pernah tengkurap. Sampai magrib pun datang, aku tetap pada keadaan yang tak lebih baik, perut ini terasa seperti ditusuk, tertusuk, perih, tergigit, keracunan, berpesta pora, pesta kembang api dan sebagainya... intinya sakit tak tergambarkan.

20102010 memberikan banyak cerita. Mulai dari rasa syukur atas kesehatannya, rasa cemas tentang tangisnya, rasa damai melihat tidurnya, rasa bangga melihat wajah tampannya juga tak luput rasa beban bila mengingat dia adalah amanah hidupku. Terkadang juga muncul rasa penasaran dengan takdir yang tertulis untuknya. Tentang kepintarannya, celotehnya pun yang kutakutkan... jika ia telah mengenal amarah. Semua tentang dia kutangkupkan di tanganku dan kusirami dengan pupuk syukur. Semoga dia tumbuh seorang manusia yang selalu mengharapkan dan mendapatkan RidhoNya.

20102010 membuncahkan kekhawatiranku akan masa depannya. Dunia yang telah terpoles dengan kemewahan. Begitu cantik. Begitu menawan. Membuat banyak hati menjadi tergiur dan berubah haluan. Dari keabadian menjadi kefanaan. Dari agama menjadi uang. Dari kesucian menjadi kesenangan. Ada pula yang immoral karena terbiasa menjadi moral. Betapa aturan telah tergerus menjadi halus dan perlahan habis, terbang bersama angin dan tak lagi dapat digenggam atau dirasakan. Semua itu menumbuhkan kekhawatiranku menjadi pohon raksasa berbuah tanya besar. Bagaimana zamannya nanti? Lebih baikkah atau lebih parah? Sanggupkah ia memegang semua aturan yang telah berbentuk sel? yang hanya bisa terlihat dengan hati yang bermikroskop sehingga ia gunakan untuk menemukan jalan yang benar? Untuk sekarang aku hanya bisa berdo'a, Ya Allah, selamatkanlah aku dan keluargaku dari jilatan api neraka... yang bahan bakarnya adalah manusia.

20102010 telah tertulis dengan tinta merah di kitab Lauhil Mahfudz menjadi hari Arya Satya Yotiz, amanahku, untuk memulai nafasnya...

Selasa, 15 Februari 2011

Belajar Ngeblog

Memulai belajar sesuatu yang baru sungguh sangat berat. Apalagi tanpa ada guru lisan yang bisa ditanyai semua permasalahan yang begitu banyak muncul. Mencari tahu dengan browsing memang membantu. Namun, tetap saja menambah kliyengan karena terlalu banyak artikel-artikel yang sepertinya perlu dibaca tapi harus bingung mana yang harus didahulukan. Sementara, waktu yang ada tidak memungkinkan untuk membaca semua artikel itu. Bila membaca terus kapan pula bisa mengisi postingan ke blog. Akhirnya, kenapa tidak belajar dengan mencoba. Terserah bagaimana jadinya atau tanggapan pembaca. Mencoba membuat sekelumit tulisan dan posting. Bila tidak ada yang membaca, coba saja membuat lagi. Agar tidak putus asa berpikir positif kalau gagal berarti belajar.
Ada banyak pertanyaan yang muncul ketika pertama kali harus membuat postingan sebuah blog. Diantaranya:
1. Blog berisi apa yang sebaiknya dibuat?
2. Bagaimana mendesain blog? (karena blog yang muncul tidak seperti blog yang telah dikelola)
3. Bagaimana membuat link?
4. Apa itu SEO?
dan tentu saja masih banyak pertanyaan lain.
Dont give up before u try.
Kemungkinan juga masih kurang belajar. Zaman yang serba instan sedikit banyak membuat otak menjadi malas berpikir dan ingin mendapat semua pengetahuan tanpa bekerja keras. Sedikit membaca saja telah membuat sejuta keluhan dan malas untuk kembali belajar. Membaca saja harus dari mengeja. Awalnya terbata-bata dan dengan banyak latihan pun menjadi lancar. Berjalan pun begitu. Tidak bisa langsung bisa berlari. Dianalogikan saja dengan ngeblog. Harus terbata-bata dan terjatuh terlebih dahulu. Bila telah menjadi kebiasaan pasti menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan.
Semoga tulisan pertama ini bisa menjadi motivasi untuk saya sendiri sehingga tidak mudah putus asa dan melanjutkan perjuangan untuk jadi blogger.