Selasa, 15 November 2011

Kamar Mandi Baru

Senengnya... Akhirnya di sekolah tempatku mengajar telah dibangun kamar mandi yang lengkap. Baru, kinclong juga bersih. Yang paling melegakan, tidak perlu wira-wiri ke sana ke mari untuk buang air besar.
Para siswa juga tidak perlu jauh-jauh untuk buang air besar. Dulunya mereka selalu BAB di sungai dekat sekolah yang letaknya lumayan jauh. Sehingga menghabiskan waktu belajar mereka. Sebenarnya ini sih tidak masalah bagi mereka. Hal yang paling menyenangkan di sekolah adalah ketika berada di luar kelas. Hehehe... Aku tidak mau munafik, soalnya dulu pas sekolah juga merasa seperti itu.

Ini dia penampakan kamar mandi barunya.

Namun ternyata ada juga yang tidak terbantu dengan adanya kamar mandi ini. Kok bisa?
Kejadiannya waktu bel istirahat berbunyi. Siswaku yang kecil dan gundul tiba-tiba mendekatiku.
"Bu guru, saya mau ijin ke sungai..."
Tentu saja aku langsung melarang, kan sudah ada fasilitasnya di sekolah. Masih baru lagi.
"Lho kenapa?"
"Mau buang air besar bu..."
"Kok tidak di kamar mandi saja?"
"Anu bu ... Eng ... " sepertinya kalimatnya agak susah untuk keluar tapi aku tetap menunggu
"kenapa? kan di sekolah sudah ada WC"
"Anu bu... Tidak bisa keluar kalau buang air seperti itu"
"kok bisa?" aku tersenyum geli.
"tidak tahu bu... keluarnya hanya sedikit. Jadi tetap ingin buang air besar terus"
Hehehe... daripada terlambat segera kuiyakan saja dia ke sungai.

Ternyata tidak semua orang bisa seenaknya berganti fasilitas. Walau itu hanya untuk buang air besar. Juga butuh adaptasi. :)

Kamis, 03 November 2011

Stesss

Tekanan otak mungkin yah?...
Setiap orang mungkin pernah mengalami stress. Banyak pikiran itu istilah simpelku. Memikirkan suatu hal dengan begitu beratnya. Seperti sekarang...
Hanya untuk memilih resep mana yang harus kupercaya membuat kepalaku terasa ringan terhuyung-huyung. Bagaimanapun paranoidku terhadap obat memicu kebingungan ini. 
Menurutku... obat adalah bahan kimia yang menyembuhkan bersyarat. Efek samping obat seringkali membuatku berpikir banyak kali untuk mengkonsumsinya. Meskipun itu untuk kesehatan.

Aku mulai akrab dengan obat mulai 2 minggu yang lalu. Setelah kuputuskan untuk operasi kanker payudara. Setidaknya aku bersyukur. Obat yang harus kukonsumsi hanyalah 2 macam, tiga kali sehari. Tapi ketidaksukaanku pada obat membuatku tidak bersyukur. Dengan berpikiran yang tidak-tidak. Pikiran burukku pun memicu timbulnya efek samping obat yaitu seringkali merasa pusing. Tapi hal ini tidak kuperdulikan walau seringkali kukeluhkan. Aku lanjutkan saja untuk mengkonsumsinya.

1 minggu pasca operasi. Jahitanku dilepas.
Aku lega. Setidaknya kunjungan ke dokter paling tidak sudah usai dan yang paling menggembirakan obatku hanya tinggal satu jenis. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sepulangnya dari dokter, luka bedahnya ternyata bedah lagi, walhasil muncullah luka baru yang lebar. Aku yang tidak pernah melihat luka selebar itu seketika panik. Wajar kan? Soalnya aku bukan orang yang biasa melihat hal-hal tidak lazim dan cenderung mengerikan itu.

Seketika itu juga otakku terasa tambah terhuyung-huyung. Merasa tertekan dan muncullah kata itu... stress.
Biasanya aku menetralisirnya dengan segera dengan berpikir positif entah itu dipandang dari sudut yang mana. Hanya saja sekarang aku masih belum mampu. Luka itu menyisakan kebingungan yang memenuhi otakku. Tidak menyisakan ruang untuk berpikir positif. Lelah... bingung seperti ini lelah.

Aku hanya bisa berpikir kalau ini hanyalah sebuah proses yang diberikan Allah untukku. Entah proses untuk belajar apa. Kesabaran? Kepatuhan? atau ini hukuman?
Tapi intinya... aku belum menemukan obat untuk menentramkan hatiku.

Hope I Find it as soon as possible... (Amiin)