Selasa, 22 Maret 2011

Cerita Ayah

Ada yang lucu dengan ayahku. Beliau bukan orang yang istimewa bagi orang lain tapi bagiku ada momen-momen istimewa yang muncul karena kelakar beliau.

Diantaranya, ketika ayah tidak mau mandi. Alasan yang muncul tidak biasa. Beliau mengelak dengan alasan kalau orang yang tidak mandi akan selamat dari "santet". Hal ini karena orang yang tidak mandi sama dengan hewan. Dan tidak mungkin ada orang yang mau repot-repot menyantet hewan. Jadi, kalau ada yang nyantet, santetnya otomatis tidak akan mengenali dan hilang entah kemana.

Juga ketika ibu yang terlalu jengkel dengan ayah dan akhirnya berkata yang kurang sopan "Bathukmu atos" (dahimu keras). Ayah pun tidak marah-marah. Setelah kutanya apa alasan ayah marah dengan kelakuan ibu. Beliau pun berkata "Kenapa harus marah? Ibuk bilang hal yang benar kok... Dahi ayah memang keras" Aku pun tersenyum... "Jadi kalau ibuk bilang bathukmu gembuk (dahimu empuk)... baru ayah marah?" "Ya iyalah...." sahutnya.

Juga ada nyanyian-nyanyian celetukan bapak yang tercipta saat bapak menanak nasi di tumang..
Yang pertaman
Isuk isuk gakkeroso moro awan
Nek wes awan moro bengi
Kowe mbesuk dadi perawan
Nek wes perawan sopo sing metengi

Yang kedua
Ulo-ulo kowe tak kandani lo
Ojokmbulet ae
nek tak kongkon ndang budhalo

Selanjutnya saya tambahi kalau bapak berkelakar lagi....

Jumat, 04 Maret 2011

Aku Pilih yang Biasa

Aku Pilih yang Biasa. Jangan terlalu tinggi juga jangan terlalu rendah.

Aku Pilih yang Biasa. Tidak perlu terlalu kaya juga jangan sampai terlalu miskin

Aku Pilih yang Biasa. Tidak terlalu cantik juga tidak terlalu buruk rupa

Aku Pilih yang Biasa. Bukan yang megah pun bukan yang kumuh

Aku Pilih yang Biasa. Jangan menjadi terpintar juga bukan yang terbodoh

Aku Pilih yang Biasa. Hatiku mengatakan Allah mempunyai neraca yang adil. Bila ada keberuntungan yang berlebih, maka pasti akan diseimbangkan dengan adanya kemalangan berlebih juga. Bila diberi kesusahan yang berlebih, maka bersabarlah untuk menunggu kebahagiaan terindah yang kan menjemput.

Aku Pilih yang Biasa supaya aku tidak terperangkap dalam rasa bangga atas keberuntungan yang tidak tahu kapan kan berganti kemalangan.

Aku Pilih yang Biasa supaya aku tidak menjadi tukang keluh dan kurang bersyukur bila dicoba dengan kesusahan walaupun pasti kan diganti dengan kebahagiaan.

Aku Pilih yang Biasa karena dengan keterbatasanku sebagai manusia lebih dapat menerima dengan hal yang biasa. Tidak terlalu berkilau juga tidak terlalu suram...