Minggu, 20 Februari 2011

Nano-nano Mesin Tik 1

Nano...
Nano...
Permen Nano-nano
Manis Asem Asin
Rame rasanya.
Masih ingatkan dengan lirik lagu iklan permen itu? Permen dengan banyak rasa dan berwarna-warni dengan warna dominan kuning dan oranye. Dijual per sachet isi 5 biji. Sekarang tidak penting permennya tapi yang penting rasanya yang rame. Rasa yang tidak hanya kujumpai pada permen itu tapi juga muncul saat aku bernostalgia mengetik dengan mesin tik. Banyak fantasi yang kurasakan, layaknya nano-nano. Ada manis, ada asem, ada asin... rame rasanya. Lengkapnya cekidot...

 1. Kuno. Setelah sekian lama berkutat dengan keyboard yang begitu lembut dan kalem membuat tuts mesin tik layaknya produk gagal. Begitu menyusahkan. Sebelas jari pun bermain di medan laga. Cetak cetuk. Bila telunjuk kiri masih terlalu kaku maka tidak ada yang akan tertawa bila menggunakan metode satu jari. Zaman telah membuat mesin tik berubah. Dulunya bak primadona kini hanyalah si tua renta. Zaman telah menghapus kegagahannya berganti dengan kekurangan. Membuatku mengeluh dan bertanya, mengapa mesin ini tidak dimusiumkan saja? Diberi gelar setara bambu runcing yang tinggal cerita tentang jasa-jasanya. Mungkin jadi tidak lebih merepotkan.

2. Full voice. Suara tak tik tuk bukan hanya milik sepatu kuda, mesin tik juga salah satu produsennya. Tanpa ada toleransi dengan volumenya. Toleransi pelan jika sedang ada yang tidur atau toleransi keras jika sedang mood dengan suara jedat-jedut, atau toleransi canggih bila ada tombol mutenya juga. Tinggal pencet dan mengetiklah dengan tenang.

Seandainya dulu mesin tik diciptakan dengan efek suara tangga nada. Seperti piano yang bisa menghasilkan melodi. Jadi ketika mengetik akan muncul melodi yang membuat pengetik tidak jenuh, juga mungkin sekarang jadi bisa menyaingi Windows Media Player. Tidak perlu menyediakan alat lain sebagai hiburan. Tinggal ketik dan do re mi fa so la si doooo.... Kalau Spongebob adalah si tukang ketiknya, mungkin mengetik dengan menghasilkan nada-nada indah akan menjadi kenyataan.

Produksi bunyi tidak hanya dari tuts mesin ketik saja, namun juga dari seluruh bagian tubuh mesin ketik. Bila digambarkan dengan tulisan mungkin menjadi seperti ini : suara kletek untuk ganti garis. Kletek-kletek akan muncul bila mengganti kertas. Suara favoritku adalah ketika batas tepi akhir habis, otomatis mesin ketik akan berbunyi cething! Bila harus kembali ke garis awal kira-kira begini reet. Jek dak sepertinya begitu kalau sudah harus berhenti menggeser kertas. Tok-tok-tok, tek-tek-tek atau brak-brak-brak suara yang akan muncul kalau si pengetik sudah mulai kehilangan kesabaran dan merasa sengsara untuk mengetik karena bila salah harus selalu mengulang dari awal. Akhirnya, melampiaskan amarahnya dengan melakukan kekerasan pada si mesin ketik. Kasihaaan...

3. Alat ukur kesabaran, konsentrasi dan kewaspadaan
Biasanya seseorang akan mengucapkan "Orang sabar ada batasnya" sebelum melampiaskan amarahnya. Padahal orang sabar itu tidak berbatas. Bila masih bisa marah berarti bukan orang sabar tapi kurang sabar. Jika langsung marah itu namanya orang tidak sabar. Jadi, mungkin kalau masih marah lebih baik ucapkan "Aku kurang sabar" lalu marah. Bila orang sabar pasti akan membiarkan dan menghapus amarahnya dengan cara lain. Bukan dengan memendam atau melampiaskan tapi dengan mengikhlaskannya. Nah, dari mengetik ini aku belajar untuk bersabar. Ketikan yang harus kuserahkan harus bersih dari kesalahan sehuruf pun. Tidak boleh ada coretan atau tip-x. Akhirnya, aku hanya gigit jari dan menggerutu ketika harus mengganti kertas ketikanku yang telah rampung dan kurang 3 kata dengan kertas yang baru dan mengetik lagi dari awal. Dan ini berulang-ulang terjadi. Sebenarnya sebelum mengganti kertas aku membetulkan ketikanku dengan menindas huruf yang salah berkali-kali dengan huruf yang betul. Ada kalanya cara ini berhasil dan membuatku sedikit bernafas lega. Namun, ketika cara ini tambah membuat ketikan tambah jelek, dengan menggerutu mulai mengetik lagi. Sabaaar...

Konsentrasi dengan penuh dan memperhatikan tuts dengan benar, agar kesalahan yang terjadi tidak terulang. Andaikan ada tombol undo, backspace atau delete tidak perlulah berkonsentrasi berlebihan. Mengetik dengan enjoy tanpa kekhawatiran dan itu hanya mimpi. Mesin tik mengharuskan si tukang ketik selalu konsentrasi dan waspada pada tiap hurufnya. Pikir, pilih dan tekan dengan benar huruf yang diperlukan. Tidak boleh grusa-grusu (terburu-buru). Sabaaar....

4. Melatih otot mata, leher, tangan dan kaki berolahraga
Jangan kira mata tidak bisa berolahraga. Mengetik memaksa mata harus selalu menatap dengan jeli. Kejelian mata diperlukan agar tidak terjadi salah ketik. Selain itu mata juga harus benar-benar optimal dalam melakukan tugasnya ketika akan mulai kata awal setiap barisnya. Harus lurus dengan awal kata pada baris sebelumnya sehingga ketikan yang dihasilkan tidak maju mundur seperti ingus yang mau keluar. Lagipula tidak ada aturan rata kiri di mesin tik, kalaupun mau, harus pintar matematika. Hitung huruf dan hitung tempat. Otot mata tidak dilatih dan dimanfaatkan dengan maksimal dapat diketahui dengan hasil ketikan yang bagian kanan tidak rata. Tentu saja jelek!

Otot leher akan terlatih secara otomatis mengikuti kegiatan mata. Olahraganya hanya maju mundur. Memastikan apa yang akan diketik benar atau lurus. Maju seiring dengan mata yang memicing untuk memastikan kelurusan baris dan mundur untuk kembali ke posisi semula dan mulai mengetik lagi. Kegiatan ini tidak perlu dikhawatirkan akan memiliki efek samping leher akan bertambah panjang. Jadi, lanjutkan mengetik dengan sabar.

Olahraga tangan jelas sekali terjadi ketika mengetik dengan mesin ketik. Perlu tekanan lebih untuk menghasilkan huruf di kertas dengan tuts mesin ketik. Bila tidak dengan keras maka jangan harap akan muncul huruf yang diingikan. Efek sampingnya hanyalah penat di bagian bahu dan keriting di bagian telunjuk. Maklum yang digunakan mengetik hanya telunjuk saja, jari yang lain hanya kantil (). Siapa tahu bila telaten mengetik manual bisa membuat telunjuk menjadi kuat. Mampu mengangkat buku atau mesin ketik hanya dengan telunjuk saja. Untuk sementara ini, hasil latihan mengetik telunjukku hanya bisa mengangkat penghapus atau pensil yang sebenarnya mulai dari dulu sih memang bisa...

Melatih otot kaki dengan mesin ketik? Memang bisa? Tentu saja bisa. Ketika aku harus meletakkan mesin ketik di tempat yang benar, aku harus mengeluarkan ekstra tenaga karena mesin ketik itu tidak seringan CPU atau laptop. Membawanya kesana kemari berulang-ulang mungkin setara dengan melakukan sit up 10 kali, sprint keliling kamar dan injak-injak punggung bapak. Kalau ternyata dengan membawa mesin ketik wira-wiri masih terasa kurang khasiatnya, bisa dilakukan dengan cara lain yaitu cari tempat duduk yang nyaman, rapatkan betis, letakkan mesin ketik di atas betis kemudian mulai mengayun kaki dan menyanyi
yun bandulan to (yun ayunan ya)
tibo ndak loro to (jatuh tidak sakit ya)
benjut sak kelopoooo...(benjol sebesar kelapaaa...)

(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar