Jumat, 28 Oktober 2011

Jalan Minggu

Jalan minggu selalu menjadi ruitinitas keluargaku untuk mengisi minggu pagi. Jadi jalan minggu bukannya nama sebuah jalan tapi itu sebutanku untuk kegiatan jalan-jalan keluarga kecilku untuk mengawali hari minggu. Masih dua kali minggu kami jalan. Semenjak si kecil punya sepeda baru. Hari-hari sibuk lainnya tidak memberi kesempatan si kecil untuk puas duduk bersepeda. Hanya di hari minggu dia bisa berlama-lama berkeliling dengan kami juga sepeda barunya.
Rutenya pun tidak kemana-mana. Tidak terlalu bertele-tele jauhnya. Hanya dari rumah ke perempatan jalan depan, singgah di toko koran mertuaku (mbah kakung si kecil biasa kami panggil buya), kemudian berputar lewat pasar depan. Berbelanja untuk lauk minggu kemudian pulang. Sampai rumah, si kecil pun sudah mengantuk dan siap tidur. Aku menjaga si kecil dan suamiku berkutat di belakang untuk menu sarapan pagi.
Sayangnya minggu ini tidak bisa berjudul jalan minggu. Si kecil sedang mengungsi ke rumah neneknya di Klakah untuk waktu yang cukup lama. Tidak rela dan cenderung terpaksa hal itu dilakukan karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk menjaga si kecil seperti hari-hari biasanya. Operasi payudara yang berlangsung beberapa hari yang lalu mengharuskan aku terpisah darinya. Dampaknya... minggu besok tidak ada jalan minggu. Membuatku rindu.
Kenangan-kenangan jalan minggu pertama : si kecil dapat sepeda baru.
Dari rumah, dia digendong. Si kecilku memang belum bisa berjalan. Masih merangkak. Jadi dia jalan minggu sambil digendong abinya. Aku bertugas menggodanya sehingga dia tertawa cekikikan, membuat kami berdua gregetan. Sesampainya di toko, buya dengan senangnya me"natah" si kecil ke toko sebelah yang notabene berjualan beraneka tipe sepeda. Dari yang kecil sampai besar bahkan yang dilipat-lipat. Aku tidak terlalu menghiraukan tingkah mereka. Aku lebih terfokus pada koran baru pagi ini. Perhatianku mulai ke si kecil saat si penjual sepeda dengan setengah memaksa menaikkan si kecil ke sepeda roda tiga jualannya. Awalnya si kecilku berontak, tapi beberapa detik kemudian dia malah dengan pedenya tidak mau beranjak dari sepeda roda tiga itu.
Naluri "iba ibu" seketika muncul. Secara sadar dan tidak mau ambil pusing uang apa dan darimana, sepeda harus dibeli. Suamiku pun tidak sanggup menolak... si kecil pulang tidak digendong tapi dengan duduk manis di sepeda barunya...
Jalan minggu kedua: Si kecil dengan "Sutil" barunya :)
Seperti biasa, setelah menyambangi buya. Rute selanjutnya adalah pasar Klojen, pasar kecil di depan gang. Kebetulan minggu ini ada penjual barang murah meriah. 10.000 dapat 4. Macam barangnya beraneka. Mulai dari bak, alat-alat dapur, cetakan puding, tempat sampah dll. Melihat barang tertata dan begitu banyaknya, si kecil yang sudah "demen" mengobrak-abrik segera minta turun dan memilih sendiri barang yang ingin dibelinya. Entah karena letaknya yang terdekat atau memang suka dengan barang itu, si kecil langsung mencomot alat penggorengan. Aku pun tertawa geli. Anak laki-laki kok ambilnya "sutil". But, its ok. Toh, di rumah juga benda itu hanya 1 biji.( :) ibu rumah tangganya memang tidak hobi masak....)
Untuk tiga benda yang lainnya kami beli bak, tempat sampah dan cetakan puding. Kualitas memang tidak pakai jempol tapi bisa lah digunakan. Si kecilku pun membawa barang belanjaannya sampai di rumah dengan erat. Sempat ingin kuambil dan kubawakan karena sepertinya dia kesulitan membawa. Bukannya diberikan dengan ikhlas, malah ditariknya dengan kuat sambil menjerit. Aku dan suamiku hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyam-senyum.
Antara heran juga bangga dong.... Tak perduli apa tingkahnya... :)